Bahan Dasar Ulos
Bahan dasar ulos dahulu pada umumnya sama yaitu sejenis benang yang dipintal dari kapas. Belakangan benang sudah tersedia tanpa harus melalui proses pemintalan. Yang membedakan sebuah ulos adalah proses pembuatannya. Kerumitan pembuatan ulos akan menentukan nilai sebuah ulos.
Untuk memberi warna dasar pada sebuah ulos sejenis tumbuhan nila (salaon) dimasukkan ke dalam sebuah periuk tanah yang telah diisi dengan air. Tumbuhan ini direndam (digon- gon) berhari-hari hingga getahnya keluar, lalu diperas dan ampasnya dibuang. Hasilnya adalah semacam cairan berwarna hitam kebiru-biruan yang disebut "itom".
Periuk tanah (palabuan) semula diisi dengan air hujan yang ditampung dalam lekuk batu (naek ni nanturge), dicampur dengan air kapur secukupnya. Kemudian cairan yang berwarna hitam kebiru-biruan tadi dimasukkan, lalu diaduk hingga larut (manggaru) barulah dicelupkan benang ke dalam air kebiru-biruan tersebut.
Sebelum dicelupkan, benang terlebih dahulu dibagi-bagi (mamutik) kemudian dililit dengan serat tumbuhan. Kini pelilitan ini tidak lagi memakai serat tumbuhan tetapi menggunakan tali rafia. Gumpalan benang yang telah dibagi-bagi tadi kemudian dicelup pada bagian tertentu sesuai dengan warna yang diinginkan. Proses pencelupan dimulai secara berulang-ulang, proses ini disebut mangatip.
Proses ini memakan waktu yang sangat lama bahkan berbulan-bulan dan ada kalanya sampai bertahun-tahun. Setelah warna yang diharapkan tercapai, benang tadi kemudian dicampur dengan air lumpur yang dicampur dengan air abu, lalu dimasak hingga mendidih sampai benang tadi kelihatan mengkilat (marsigira). Biasanya dilakukan pada waktu pagi di tepi kali atau di pinggiran sungai /danau.
Warna merah didapat dengan mengunakan akar pohon mengkudu (bangkudu). Bilamana warna yang diharapkan sudah cukup matang, lilitan benang kemudian dibuka untuk "diunggas" agar benang menjadi kuat dan mengkilap. Benang direndam di dalam periuk yang berisi nasi hingga meresap keseluruh benang. Selesai diunggas, benang dikeringkan.
Benang yang sudah kering digulung (dihul-hul.) Setiap jenis warna digulung sehingga membentuk bulatan seperti bola. Setelah benang lengkap dalam gulungan setiap jenis warna yang dibutuhkan, pekerjaan selanjutnya adalah "mangani' atau proses penenunan.
Setelah penenunan selesai, maka pada kedua ujung ulos dioleskan dengan cairan air tajin. Baru kemudian dibuat serat dengan berbagai motif gorga “ manirat”. Di daerah sipirok, ulos sering juga dibuat menggunakan beads/manik-manik.
sumber : http://artscraftindonesia.com
0 Response to "Bahan Dasar Ulos"
Post a Comment
obatak.id tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE